Brospective With Ricky Brahmana

Ketika media dewasa yang umurnya udah lebih dari setengah abad menyadur berita dari "media" yang seumur jagung, disitu kita tahu jurnalisme kita sedang nggak baik-baik aja.

Episode kedua ini gue ngajak ngobrol temen lama yang baru selesai menjelajah pantai timur Indonesia selama 27 hari.  Enjoy!

Podcast season terbaru, dan kali ini dengan tamu. Seorang sneakerhead yang masih setia mengincar sneaker puluhan juta. Widya Perwira.

Setelah hiatus setahun lebih, apakah podcast masih relevan di 2021? Makin besar? atau malah mati? Entahlah.

Apa hubungan Corona dan podcast kali ini? Dengarin aja dulu

Happy birthday to my youngest brother, semoga panjang umur dan cepat dapat kerjaan yang mantap biar duitnya banyak buat beli bass mahal. 

Topik yang absurd sekali saudara-saudara. Selamat menikmati.

Orang Indonesia itu suka nyari tutorial dan nggak gampang puas sama satu jenis. Kalau bisa 200 jenis dari 150 orang yang berbeda baru terpuaskan hasratnya. Jadi gue mau ikut masuk ke alam ini dengan membawa cara memulai Podcast. Selamat menikmati. Contact me on twitter: @rickybrahmana

FOMO and JOMO are two contrasting terminology regarding how content are you with whatever you have right now. Selalu berusaha mengikuti trend pun bisa bikin sakit lho, sakit jiwa.

Lagi musimnya bikin kerajaan-kerajaan baru guys. Ada yang mau ikut bikin kerajaan sendiri?  Secret Link: https://www.psychologytoday.com/us/blog/glue/201212/why-too-much-data-disables-your-decision-making

A little bit of insight about alter life in social media. The good, the bad and the ugly.

Not everyone is destined to make a breakthrough. Sometimes doing the "common" thing with a little improvement here and there is better than start a new trend but unable to see it through until the end. I am the former, thus the title of this episode. Happy new year everyone! Hopefully 2020 is a better year, a year of doubling, a year of prosperity.

Kebebasan berbicara, kebebasan melakukan sesuatu adalah bagian terpenting dari kehidupan individu dan hak asasi manusia, tapi sebagai makhluk sosial kadang kita lupa kalau kita nggak hidup sendirian. Di episode ini gue mau bahas tentang koridor tidak terlihat yang membatasi kebebasan individu dalam lingkup social interaction.  Selamat mendengarkan! *** Buat kalian yang mau bertanya, ngasih topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana) atau email ke ricky.brahmana(at)gmail.com rickybrahmana.com

Salah satu bentuk privilege orang-orang yang bekerja dalam korporasi adalah jaring penyelamat yang akan selalu ada setiap tanggal 25, 30 atau tanggal 1 setiap bulan. Sebaliknya salah satu privilege para pengusaha adalah fleksibilitas pekerjaan dan interaksi sosial yang bisa mereka atur dan nikmati sendiri. Masing-masing mungkin enggan untuk melepasknya kemapanan yang dia punya, tapi ada masanya itu harus dikorbankan untuk sesuatu yang lebih besar.  Selain tentang kemapanan, di episode ini gue membahas tentang waktu, dilihat dari kuantitas dan kualitas setiap detik dari 24 jam yang dimiliki semua manusia.   Selamat mendengarkan! *** Buat kalian yang mau bertanya, ngasih topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana) atau email ke ricky.brahmana(at)gmail.com rickybrahmana.com

Move on itu gampang, letting go yang susah.  Agak-agak mirip dengan istilah itu, kadang orang berpikiran gak apa-apa kalau gue kalah, tapi lo juga gak boleh menang. Cukup sering kejadian, ada masalah muncul hanya karena satu pihak gak mau mengakui kekalahan mereka, bahkan berusaha untuk mengulangi satu proses terus menerus demi mendapatkan kemenangan yang setelah didapat pun nantinya mereka juga gak tau mau ngapain. Di episode ini gue mau bahas sedikit tentang accepting defeat, kenapa belakangan ini orang agak susah untuk menerima kekalahan dan bagaimana solusinya. Selamat mendengarkan! *** Untuk kalian yang mau berdiskusi, bertanya, ngasih topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana). rickybrahmana.com

Berapa banyak public figure yang bolak balik harus kasih klarifikasi cuma karena dia terlalu cepat berkomentar atau merespons satu fenomena yang faktanya belum jelas malah kadang gak akurat sama sekali? Berapa kali hashtag muncul dan jadi viral di internet padahal informasinya masih abu-abu atau bahkan kejadiannya itu hasil setting yang cuma pura-pura? Kebiasaan berkomentar terlalu cepat, biarpun awalnya dirasa objektif, kalau sumber informasi dan fakta di lapangannya gak akurat, lama-lama bisa jadi bias dan gak tepat sasaran. Di episode kali ini gue mau bahas sedikit tentang berkomentar yang substantif dan hubungannya sama kasus Audrey yang jadi viral dengan #JusticeForAudrey.  Selamat mendengarkan! *** Untuk kalian yang mau berdiskusi, bertanya, ngasih topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana). rickybrahmana.com

Haters atau hate speech sebenarnya bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda. Yang pertama haters yang tujuannya memang menjatuhkan, yang kedua seseorang yang sebenarnya cuma mengungkapkan ketidaksetujuan tentang suatu topi yang malah dianggap sedang melakukan hate speech karena "korban"nya tidak siap untuk dikritik.  Kali ini gue mau membahas tentang haters dan hate speech yang sebenarnya, yang berniat menjatuhkan, yang tidak memberikan masukan baik, yang muncul hanya untuk menciptakan kerusuhan di timeline atau kehidupan sosial di real life. Selamat mendengarkan! *** Untuk kalian yang mau berdiskusi, bertanya, menyodorkan topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana). rickybrahmana.com

Hey Yo! Selamat datang kembali di #Brospective. Kali ini gue coba membahas hasil diskusi dengan seorang teman tentang berapa lama waktu yang cukup ideal untuk seorang karyawan professional "bertahan" di satu pekerjaan sebelum memutuskan untuk pindah.  Pembahasan ini diawali dengan asumsi kalau di perusahaan tempat lo bekerja sekarang semuanya baik-baik saja dan semua hak sebagai karyawan terpenuhi. Ada beberapa pendapat ahli tentang ini, tapi gue nggak mau membahas bagaimana pandangan mereka karena ini hanya hasil diskusi dan common sense dari beberapa orang pekerja professional yang memutuskan untuk bertahan cukup lama di pekerjaan mereka. Selamat mendengarkan! *** Untuk kalian yang mau berdiskusi, bertanya, menyodorkan topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitter (@rickybrahmana). rickybrahmana.com

Early adult yang menurut gue ada di rentang 20 - 35 tahun itu adalah umur yang cukup complex. Banyak kejadian-kejadian signifikan terjadi di rentang umur itu, termasuk pernikahan dan punya anak.  Biarpun kelihatannya sepele, keputusan yang diambil di rentang umur itu punya dampak besar di masa depan. itu adalah salah satu alasan kenapa proses pengambilan keputusannya menjadi rumit, karena banyak pertimbangan dan tanggung jawab moral/sosial yang harus dipersiapkan. Gue juga punya beberapa pengalaman tentang sulitnya mengambil keputusan, entah itu karena alasan yang logis ataupun alasan yang paranoid dan konyol. Di Episode ini gue mau berbagi perspektif gue tentang apa yang harus dipertimbangkan, apa saja kemungkinan masalah yang muncul, siapa yang harus diajak berkonsultasi dan bagaimana "hidup" dengan keputusan yang sudah diambil. Selamat mendengarkan! *** Untuk kalian yang mau berdiskusi, bertanya, menyodorkan topik atau mengajukan diri menjadi tamu di podcast ini melalui DM di Instagram atau Twitte

Beberapa minggu yang lalu gue menulis sesuatu di Twitter (@rickybrahmana) tentang barang-barang sisa export dan barang apkiran yang ditolak masuk ke toko resmi karena satu dan lain hal. Ternyata setelah gue tanya-tanya dan pelajari, barang-barang itu hampir semuanya palsu, dengan kualitas yang jauh beda dengan produk asli dan label yang ditempelkan tanpa izin dari pemilik merk. Di Indonesia dan negara-negara berkembang lain, kebutuhan anak muda akan merk terkenal itu cukup besar, itulah alasan kenapa pemalsu produk-produk luar negeri memilih negara ini dan negara-negara berkembang lainnya sebagai tempat mereka berjualan. Ditambah lagi peraturan tentang barang-barang palsu di negara-negara itu masih lemah bahkan tidak ada sama sekali. Di episode ini gue mundur selangkah untuk membahas alasan gue memulai (kembali) kegiatan merekam podcast yang sudah lama gue tinggalkan dan membahas tentang pembajakan produk/karya digital dan barang-barang kawe. Mohon maaf untuk kualitas suara di episode ini kurang baik karena